Warning: count(): Parameter must be an array or an object that implements Countable in /home/isuzuas2/public_html/wp-content/themes/Isuzu/header.php on line 318
Warning: count(): Parameter must be an array or an object that implements Countable in /home/isuzuas2/public_html/wp-content/themes/Isuzu/header.php on line 318
Webinar Bisnis Indonesia - Pelaku Bisnis Hadapi Pilihan Collaboration atau Collapse
Share
Dampak pandemi Covid 19 memang luar biasa. Hampir semua sektor merasakan terjangannya. Salah satunya industri logistik nasional yang pada akhirnya menyeret industri otomotif juga.
Dalam presentasi yang diberikan tiga narasumber di acara Webinar Bisnis Indonesia – Isuzu yang berlangsung Selasa, 3 November 2020, Jap Ernando Demily (Presiden Direktur PT. Isuzu Astra Motor Indonesia), Yukki Nugrahawan Hanafi (Ketua Umum Logistik dan Forwarder dan Chairman Asean Federation of Forwarders Association), dan Ivan Kamadjaya (Ketua Bidang Angkutan Multimoda Organda) menggambarkan bagaimana hantaman Covid 19 ini meluluh lantakkan bisnis logistik di Indonesia, bahkan di dunia. “Kwartal II tahun 2020 industri transportasi anjlog hingga 30%,” kata Ivan Kamadjaya. “Awal PSBB, domistik shipping turun antara 25-30%,” imbuhnya.
Dalam kesempatan memaparkan programnya menghadapi pandemic covid 19 yang sudah berlangsung 8 bulan, Jap Ernando Demily, Presiden Direktur PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) menyatakan pihaknya mengusung strategi 4R. Yaitu Reaction, Recession, Rebound dan Reimagine.
Kalau melihat angka penjualan yang dirilis GAIKINDO pada bulan Juni 2020 angka penjualan otomotif nasional mulai bergerak menggembirakan. Trend menggembirakan terus berlanjut hingga September 2020.
Seiring dengan laju pertumbuhan penjualan yang terus membaik, angka penjualan Isuzu juga bergerak positif. Boleh jadi dua langkah strategi itulah yang membuat laju IAMI di bursa otomotif tidak terlalu babak belur melewati amukan pandemic Covid 19. Di sisi pengusaha, dengan adanya pademi Covid 19 mereka dihadapkan pada pilihan harus kolaborasi atau kolaps. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para pengusaha, disaat yang sama keharusan untuk survival dan di sisi yang lain di stretch untuk berkolaborasi untuk menemukan peluang baru.