Warning: count(): Parameter must be an array or an object that implements Countable in /home/isuzuas2/public_html/wp-content/themes/Isuzu/header.php on line 318
Warning: count(): Parameter must be an array or an object that implements Countable in /home/isuzuas2/public_html/wp-content/themes/Isuzu/header.php on line 318
Harga BBM Naik, Padahal Porsi Besar Operasional adalah Solar
Share
Ketika daya saing usaha didukung oleh berbagai macam aspek, dan termasuk pula strategi harga sudah dijalankan, adakalanya tantangan baru muncul. Contohnya baru-baru ini ketika kenaikan harga bahan bakar minyak mengena pula ke solar.
Bahan bakar yang menjadi andalan bagi para pelaku usaha ini naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 dan mulai ditetapkan berlaku pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30.
Dengan kenaikan tersebut, ada selisih Rp 1.650 yang mesti dipikirkan ulang dalam strategi usaha. Padahal, biaya bahan bakar sendiri merupakan komponen terbesar pada total operasional. Yang perlu disadari, biaya operasional memakan porsi yang sangat besar.
Isuzu dalam sebuah riset ISZ.INA.FD2.PPP05.00.2022-Eco Driving mendapati 73 persen biaya adalah untuk operasional, sedangkan biaya kepemilikan hanya 27 persen. Riset ini diperoleh pada penggunaan 5 tahun dengan rata-rata pemakaian 60.000 km per tahun terhadap Isuzu Giga FVZ.
Biaya-biaya operasional ini sendiri termasuk uang pengemudi, perawatan, ban, pajak tahunan, hingga penyusutan, dan tentu saja bahan bakar atau solar.
"Untuk setiap trip kita yang berjalan 45 persen adalah yang kami berikan kepada pengemudi. Dari 45 persen itu, 40 persennya bahan bakar," demikian tanggapan lain dari salah satu pengusaha logistik, Direktur PT Serasi Logistics Indonesia Adil Juna Ginting.
Memang memijat dahi jadinya--apalagi BBM mau tidak mau sudah naik. Namun manakala melihat biaya kepemilikan sebenarnya bisa ditekan, kenapa tidak memanfaatkan truk sebagai aset dengan biaya solar yang lebih hemat.
"Dengan common rail ini secara elektrikal diatur sehingga maksimal. Begitu kita bandingkan 3,5 km per liter, yang lain mungkin 3 km. (Lebih hemat) bisa 7 persen karena kita punya pembanding. Kalau tidak, kita tidak bisa bilang lebih hemat bahan bakar," sambung Adil Juna Ginting.
Ia sendiri menggunaan Isuzu untuk operasional. Terlebih lagi dengan penerapan mesin common rail yang bagi Isuzu tidak hanya pengalaman 11 tahun di Isuzu Giga, tetapi kini sudah diterapkan menyeluruh di lain tipe, yakni Isuzu Elf dan pick-up Isuzu Traga.
Bahkan Isuzu meningkatkan performa, termasuk di Isuzu Elf. Truk kelas medium tersebut meningkat secara tenaga tetapi justru menjadi lebih hemat BBM. Putaran mesinnya lebih kecil dalam menghasilkan daya yang lebih besar dari sebelumnya.
Isuzu NLR truk ringan 4 ban kini menggunakan mesin 4JJ1-TCC berdaya 120 PS pada putaran mesin 2.600 rpm (sebelumnya 100 PS di putaran puncak 3.400 rpm). Sementara itu, Isuzu Elf 6 ban tipe Isuzu NMR kini menggunakan mesin 4HL1-TCS berdaya 150 PS di putaran 2.600 rpm (sebelumnya 125 PS pada 2.900 rpm).
Strategi untuk berpacu menyuguhkan harga kompetitif setidaknya bisa disikapi dengan pemilihan kendaraan. Dengan performa lebih baik, meningkatkan ritase, maka konsumsi solar pun bisa lebih ditekan.