Bagaimana sebuah truk trailer bermula? Truk dengan gandengan memanjang ini sudah hadir sejak lebih dari 100 tahun lalu. Kisahnya berawal dari seorang pembuat mobil bernama Alexander Winton dari Ohio, AS, yang ingin mengantarkan mobil buatannya. Namun, ia ingin tetap menjaga mobil tersebut utuh—tidak bertambah kilometer, cat tetap aman, tanpa harus digunakan, dan bisa diantarkan langsung ke pembeli yang biasanya berada jauh berkilo-kilometer darinya. Maka di tahun 1896, seperti dikisahkan di situs web Iowa State University, ide membuat truk gandengan pun tercetus.
Beberapa tahun setelahnya, di daerah berbeda, di Detroit, AS, tahun 1914, seorang pandai besi bernama Charles Fruehauf memperoleh order dari seorang pehobi kapal untuk membuat sebuah gandengan agar kapalnya bisa dibawa di belakang mobilnya. Sebuah gandengan pun dikreasikan. Lalu karena si pemberi order merasa puas, gandengan tersebut kemudian dibuat lagi lebih banyak untuk untuk digunakan membawa kayu-kayu dari hutan.
Masalah pun teratasi. Membawa kendaraan dan lainnya agar aman. Membawa muatan berat untuk mentransportasikannya dengan lebih mudah. Lambat laun, makin banyak yang menggunakan truk trailer. Dengan prinsip bahwa ini merupakan sebuah truk penarik atau traktor dan sebuah gandengan panjang, maka muatan-muatan besar pun bisa dibawa, baik dekat seperti dari gudang ke pelabuhan bahkan antar-provinsi.
Truk semacam ini minimal terdiri dari dua sumbu roda, lalu juga gandengannya yang minimal terdiri dari satu sumbu roda. Bicara soal beban, sebuah truk gandeng trailer dengan kepala atau traktor sebagai penarik selalu menjadi sebuah kendaraan angkut dengan izin daya angkut terbesar, yakni di kisaran 40 ton. Hal ini antara lain berlaku di Eropa, Inggris Raya, termasuk pula di Indonesia.
Di Indonesia, aturan ini mengacu Surat Edaran Menteri Perhubungan Nomor. SE.02/AJ.108/DRJD/2008 terhadap jumlah berat yang diizinkan (JBI), atau pada truk dengan kereta gandengan diistilahkan sebagai jumlah berat kombinasi yang diizinkan (JBKI) pada suatu jalan.
JBI atau JBKI sendiri dihitung berdasarkan jumlah BK atau berat kosong kendaraan, ditambah G (berat orang yang diizinkan), ditambah L atau berat muatan yang diizinkan.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Perhubungan tersebut, JBI untuk truk sumbu roda 1 - 2 (enam roda) adalah 16 ton. Adapun JBKI truk trailer atau dengan kereta gandengan 1 - 2.2 - 2.2 (kepala truk 10 roda dengan kereta gandengan 8 roda) adalah di atas 40 ton untuk melaju di jalan kelas II atau kelompok jalan arteri alias jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor.
Dengan daya angkut terbesar dan selaras dengan regulasi, tak ayal kehadiran truk trailer memiliki peran meminimalkan masalah ODOL atau over dimension overload. Jumlah ban yang lebih banyak membuat bobot terbagi merata pada sebuah truk trailer, dibandingkan truk tunggal, apalagi jika truk tersebut ODOL.
ODOL sendiri menurut catatan Subdit Penindakan dan Pelanggaran Ditgakkum Korlantas Polri yang disampaikan kepada media-media massa menyebabkan peningkatan kecelakaan 0,03 persen pada 2021 dibanding 2020 dengan jumlah korban meninggal naik dari 12 jiwa menjadi 26 jiwa.
Demi meminimalkan masalah ini, Isuzu sebagai merek yang memasarkan varian-varian truk traktor penarik trailer pada Isuzu Giga punya dukungan ekstra pada tiap unitnya. Efisiensi solar di Isuzu sendiri sudah membudaya. Lalu sejak 11 tahun lalu, Isuzu sudah menerapkan mesin common rail pada Isuzu Giga sehingga sudah berpengalaman dengan teknologi yang baru di awal tahun 2022 ini diterapkan (standar emisi Euro 4) untuk semua produksi truk di Indonesia.
Seperti apa performanya? Isuzu Giga varian GXZ misalnya. Ia dipasangi mesin common rail baru 6NX1-TCS dengan tenaga 350 PS dan torsi 135 kg.m pada 1,300 – 1,700 rpm agar mengangkut muatan secara maksimal dengan tetap menjaga kestabilan dan keamanan saat kondisi jalanan menanjak.
Demikian halnya dengan faktor-faktor yang mendukung dan menjaga ketenangan dalam mengemudi, misalnya dengan USB charger agar ponsel tetap bisa isi daya dan memudahkan saat akan dihubungi. Lalu kursi pengemudi dengan suspensi udara demi meminimalkan stres karena getaran.
Lalu juga hal-hal vital, yakni hand brake khusus trailer, lalu sistem pengereman yang menggunakan full air brake, bahkan ABS untuk mencegah roda terkunci saat pengereman mendadak—yang merupakan hal penting bagi si pembawa beban satu ini.
Kesimpulannya, sejarah sudah membuktikan bahwa sejak 100 tahun lebih yang lalu, trailer menjadi solusi dalam kebutuhan pengangkut beban, dan Isuzu menyempurnakannya dengan berbagai kebutuhan.