18 Jan 2021

Setahun Coba, PT Karyamitra Tata Langsung Borong 40 Isuzu Giga

Share

Jumlah penduduk di Indonesia bertumbuh dan mencapai 265 juta jiwa lebih menunjukkan besarnya kebutuhan akan pembangunan saran dan prasarana. Dengan jumlah menurut data terkini Badan Pusat Statistik di tahun 2018 tersebut, kontraktor mengambil peran penting di dalamnya, termasuk di antaranya PT Karyamitra Tata Bersama.

 

Sejak berdiri di sekitar tahun 2000, perusahaan yang dikomandani Alfonsus Prasetyo Utomo selaku principal owner tersebut mencatatkan ratusan proyek konstruksi sipil sebagai portofolio.

 

Pembukaan lahan baru, perumahan, infrastruktur seperti pembuatan jalan

dan pembuatan badan jalan, pembuatan saluran pengairan, hingga pengerjaan danau buatan menjadi sekian di antara pekerjaan yang kemudian melibatkan alat-alat berat, termasuk truk tronton.

 

Nama Isuzu mulai masuk dalam truk-truk aset perusahaan manakala Alfon melihat Giga yang pertama keluar di tahun 2011. Ia mengaku tertarik dengan iklannya.

 

"Waktu itu saya lihat iklannya kok kayaknya performanya boleh juga. Waktu itu coba dua dulu. Saya coba, tidak berani langsung beli banyak. Saya coba dulu dua unit pertengahan 2011. Baru tahun 2012, saya ambil 40 unit," kata dia.

 

 

Kebutuhan akan alat berat beririsan dengan pandangannya akan teknologi, dalam hal ini alat berat teknologi Jepang. Sebab, bagaimanapun teknologi dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan jalannya usaha. Termasuk jika bicara Isuzu Giga, maka yang menjadi faktor adalah daya angkut dan performanya.

 

"Kalau kita bicara di Indonesia, ya (seputar) kebutuhan bawa beban. Saya juga lihat spesifikasi, engine output, gear ratio-nya bagaimana," ujarnya.

 

Giga sendiri memiliki berbagai tipe, antara lain FVR dan FVZ yang masing-masing memiliki varian sesuai kebutuhan. FVZ 34 P misalnya, merupakan truk 6 roda Direct Injection Diesel yang sama-sama berdaya 285 HP di antara tipe 34, dengan final gear 5.571.

 

Direction Injection Diesel bagi Alfon juga dianggapnya cocok dengan kebutuhan PT Karyamitra Tata Bersama. Sebab, bahan bakarnya terjaga sesuai dengan ketersediaannya dalam menjalankan usaha di kisaran Jakarta dan Pulau Jawa.

 

"(Soal) bahan bakar, waktu itu Isuzu keluarkan (tipe truk bersistem suplai solar) common rail. Rata-rata waktu itu kendaraan lain masih konvensional. Pemikiran saya, kerja kan Jakarta dan sekitarnya. Kalau ada kejadian problem, lebih cepat diatasi. BBM di Jawa juga lebih baik. Ketiga, kami mengerjakan proyek tidak seperti pemain lain belanja sendiri. Saya pakai solar industri, yang kualitasnya mungkin lebih terjaga," kata dia.

 

Bisa mengharapkan nilai jual kembali tidak luput dari pemikirannya. Apalagi dengan jaminan kinerja mesin yang terjaga karena teknologinya tadi.

 

"Pembeli kan berprinsip nilai value. Bergantung pada mind set; selama beberapa waktu pakai, lalu dijual, maka masih ada sisa. Harganya boleh-lah. Jadi kenapa saya enggak coba," tuturnya.



 
©Isuzu Astra Motor Indonesia, 2023 | Website Policy and Disclaimer