Banyak hal yang menunjang eco driving. Salah satunya adalah gaya berkendara pengemudi. Setidaknya ada enam hal yang perlu diperhatikan pada gaya berkendara pengemudi agar penggunaan solar bisa lebih hemat
30 Sep 2022

Tunda Kalut Gara-Gara Harga BBM Naik, Pahami 6 Gaya Berkendara dalam Eco Driving

Share

Kenaikan harga bahan bakar, sulit ditampik, akan serta merta merevisi perhitungan pengeluaran terbesar dalam kalkulasi total operasional perusahaan. Apalagi jika setengah dari pengeluaran biaya operasional justru adalah bahan bakar. Eco driving mungkin bisa menjadi solusi.

Per Sabtu (3/9/2022) lalu, harga Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000. Artinya, ada selisih Rp 2.350. Sementara itu, solar naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 atau selisih Rp 1.650.

Jika kemudian terpikir beralih ke kendaraan solar termasuk dari pick-up bensin ke pick-up seperti Isuzu Traga, bagaimanapun itu, sejumlah faktor memang membutuhkan strategi dalam perubahan kondisi ini. Dengannya, penting untuk mempelajari efisiensi dalam operasional, semisal dengan eco driving.

Banyak hal yang menunjang eco driving. Salah satunya adalah gaya berkendara pengemudi.
Setidaknya ada enam hal yang perlu diperhatikan pada gaya berkendara pengemudi agar penggunaan solar bisa lebih hemat, yakni jaga kecepatan, jaga RPM mesin, memaksimalkan gigi tinggi, menjaga kecepatan konstan, efektivitas engine brake, dan idling, seperti dijelaskan dalam materi pengajaran Isuzu bagi para pengemudi berdasarkan tes 1 km di jalur lurus.

  1. JAGA KECEPATAN
  2. Perlu diketahui, dalam kinerja mesin sebuah kendaraan terutama di Isuzu, kecepatan 80 km/jam adalah kecepatan yang ideal—utamanya di jalan tol yang memungkinkan kecepatan tersebut. Jika dikomparasikan, kecepatan 80 km/jam setara 6,7 km per liter, sedangkan 90 km/jam setara 6,1 km per liter, dan 100 km/jam setara 5,4 km per liter.

  3. JAGA RPM
  4. Dalam hal menjaga RPM atau putaran mesin, cenderung menginjak pedal setengah bisa lebih menghemat solar dibanding injak hingga mentok. Demikian pula dengan RPM seperti pada keterangan di spidometer. RPM 1.000-2.000 (zona hijau di spidometer) adalah kategori hemat, sedangkan RPM 3.000 ke atas (zona merah) akan jauh lebih boros.

  5. MAKSIMALKAN GIGI TINGGI
  6. Maksimalkan gigi tinggi (4, 5, dan 6) juga membuat kendaraan lebih hemat solar dibandingkan cenderung di gigi 3 ke bawah. Sebab, dengan RPM yang sama, laju mobil menjadi lebih jauh. Menurut catatan Isuzu, cenderung memanfaatkan gigi 6 bisa meraih 10,6 km per liter dibandingkan cenderung di gigi 4 (6,7 km per liter).

  7. JAGA KECEPATAN KONSTAN
  8. Kecepatan yang konstan berarti RPM juga konstan. Dengan menjaga kecepatan konstan, maka RPM tidak naik turun dan bisa menghasilkan efisiensi solar 6,7 km per liter. Jika kita tidak konstan dalam kecepatan, maka hasilnya bisa di 6,1 km per liter, atau bahkan 5,5 km per liter. Contohnya, terkadang pengemudi berakselerasi lalu melambatkan laju dengan mengaktifkan exhaust braking atau rem knalpot. Rem knalpot memang berperan untuk meminimalkan beban rem cakram ataupun tromol pada roda. Namun, mengandalkannya karena kita kerap berakselerasi tiba-tiba sama saja membuang solar karena daya tertahan dalam pengereman.

  9. PENGEREMAN
  10. Pengereman yang berarti terjadi pengurangan kecepatan atau deselerasi juga berpengaruh pada efisiensi solar. Triknya adalah menghindari pengereman secara tiba-tiba walaupun sebenarnya pengemudi bisa memperhitungkan dan sadar bahwa kendaraan sudah harus stop pada jarak tertentu. Akan lebih efisien jika pengemudi sedari awal pelambatan kendaraan sudah menggunakan engine brake atau pengereman mesin, contohnya dalam 300 meter menuju jarak yang ditentukan. Perbandingannya, jika melaju dan rem tiba-tiba bisa membuang 24,1 cc solar, pelambatan dengan engine brake dalam 300 meter menuju titik stop hanya menghabiskan 0,8 cc solar.

  11. MESIN MENYALA SAAT DIAM
  12. Hindari mesin menyala saat diam. Misalnya saja, saat penurunan barang dalam jumlah kecil, sekadar urusan administrasi, dan lainnya yang mungkin terbilang remeh secara waktu. Sebab, saat itu, sudah pasti solar terbuang percuma. Namun jika hal ini dilakukan secara sering, tentu efeknya akan berpengaruh pada total efisiensi solar.

Di luar gaya berkendara dalam menunjang eco driving, Isuzu sendiri sudah terkenal akan efisiensi bahan bakarnya. Terlebih lagi, di mesin terbaru seperti pada Isuzu Elf, performa mesin meningkat bahkan hanya dengan RPM yang lebih kecil dari sebelumnya.

Isuzu NLR truk ringan 4 ban misalnya. Jika sebelumnya berdaya 100 PS pada 3.400 rpm, kini ia menggunakan mesin 4JJ1-TCC berdaya 120 PS pada 2.600 rpm saja. Adapun Isuzu Elf NMR tipe 6 ban jika sebelumnya 125 PS pada 2.900 rpm kini menggunakan mesin 4HL1-TCS berdaya 150 PS pada 2.600 rpm saja. Jadi, kombinasikan trik eco driving dengan kendaraan yang juga hemat solar.



 
©Isuzu Astra Motor Indonesia, 2023 | Website Policy and Disclaimer